Jurnalistik Pada Abad 17-18 : Journalism UINSA pertemuan ke-2

JOURNALISM UINSA
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
HIIIIIIIII Guys...!!!! kali ini saya membahas masa lalu nih!. ehh, maksudnya masa lalu jurnalistik atau Sejarah Perkembangan Jurnalistik Pada Abad 17-18. dari pada basa-basi ini-itu, langsung aja simak berikut ini!!!!!
Sejarah Perkembangan Jurnalistik Pada Abad 17-18
Pada Abad ke-17, di Inggris kaum bangsawan umumnya memiliki penulis-penulis yang membuat berita untuk kepentingan sang bangsawan. Para penulis itu membutuhkan suplai berita. Organisasi pemasok berita (sindikat wartawan atau penulis) bermunculan bersama maraknya jumlah koran yang diterbitkan. Pada saat yang sama koran-koran eksperimental, yang bukan berasal dari kaum bangsawan, mulai pula diterbitkan pada Abad ke-17 itu, terutama di Prancis.Pada abad ke-17 pula, John Milton memimpin perjuangan kebebasan menyatakan pendapat di Inggris yang terkenal dengan Areopagitica, A Defence of Unlicenced Printing. Sejak saat itu jurnalistik bukan saja menyiarkan berita (to inform), tetapi juga mempengaruhi pemerintah dan masyarakat (to influence). Di Universitas Bazel, Swiss jurnalistik untuk pertama kali dikaji secara akademis oleh Karl Bucher (1847 – 1930) dan Max Weber (1864 – 1920) dengan nama Zeitungskunde tahun 1884 M. Sedangkan di Amerika mulai dibuka School of Journalism di Columbia University pada tahun 1912 M/1913 M dengan penggagasnya bernama Joseph Pulitzer (1847 – 1911).
Pada Abad ke-18, jurnalisme lebih merupakan bisnis dan alat politik ketimbang sebuah profesi. Komentar-komentar tentang politik, misalnya, sudah bermunculan pada masa ini. Demikian pula ketrampilan desain/perwajahan mulai berkembang dengan kian majunya teknik percetakan. Pada abad ini juga perkembangan jurnalisme mulai diwarnai perjuangan panjang kebebasan pers antara wartawan dan penguasa. Pers Amerika dan Eropa berhasil menyingkirkan batu-batu sandungan sensorsip pada akhir Abad ke-18 dan memasuki era jurnalisme modern seperti yang kita kenal sekarang. Perceraian antara jurnalisme dan politik terjadi pada sekitar 1825-an, sehingga wajah jurnalisme sendiri menjadi lebih jelas: independen dan berwibawa. Sejumlah jurnalis yang muncul pada abad itu bahkan lebih berpengaruh ketimbang tokoh-tokoh politik atau pemerintahan. Jadilah jurnalisme sebagai bentuk profesi yang mandiri dan cabang bisnis baru.

Pada pertengahan 1800-an mulai berkembang organisasi kantor berita yang berfungsi mengumpulkan berbagai berita dan tulisan untuk didistribusikan ke berbagai penerbit surat kabar dan majalah. Kantor berita pelopor yang masih beroperasi hingga kini antara lain Associated Press (AS), Reuters (Inggris), dan Agence-France Presse (Prancis).
Tahun 1800-an juga ditandai dengan munculnya istilah Yellow Journalism (jurnalisme kuning), sebuah istilah untuk “pertempuran headline” antara dua koran besar di Kota New York. Satu dimiliki oleh Joseph Pulitzer dan satu lagi dimiliki oleh William Randolph Hearst. Ciri khas “jurnalisme kuning” adalah pemberitaannya yang bombastis, sensasional, dan pemuatan judul utama yang menarik perhatian publik. Tujuannya hanya satu: meningkatkan penjualan! Namun, jurnalisme kuning tidak bertahan lama, seiring dengan munculnya kesadaran jurnalisme sebagai profesi.
Sebagai catatan, surat kabar generasi pertama di AS awalnya memang partisan, serta dengan mudah menyerang politisi dan presiden, tanpa pemberitaan yang objektif dan berimbang. Namun, para wartawannya kemudian memiliki kesadaran bahwa berita yang mereka tulis untuk publik haruslah memiliki pertanggungjawaban sosial. Kesadaran akan jurnalisme yang profesional mendorong para wartawan untuk membentuk organisasi profesi mereka sendiri. Organisasi profesi wartawan pertama kali didirikan di Inggris pada 1883, yang diikuti oleh wartawan di negara-negara lain pada masa berikutnya. Kursus-kursus jurnalisme pun mulai banyak diselenggarakan di berbagai universitas, yang kemudian melahirkan konsep-konsep seperti pemberitaan yang tidak bias dan dapat dipertanggungjawabkan, sebagai standar kualitas bagi jurnalisme profesional.
Teknologi Informasi
Kegiatan jurnalisme terkait erat dengan perkembangan teknologi publikasi dan informasi. Pada masa antara tahun 1880-1900, terdapat berbagai kemajuan dalam publikasi jurnalistik. Yang paling menonjol adalah mulai digunakannya mesin cetak cepat, sehingga deadline penulisan berita bisa ditunda hingga malam hari dan mulai munculnya foto di surat kabar.
Pada 1893 untuk pertama kalinya surat-surat kabar di AS menggunakan tinta warna untuk komik dan beberapa bagian di koran edisi Minggu. Pada 1899 mulai digunakan teknologi merekam ke dalam pita, walaupun belum banyak digunakan oleh kalangan jurnalis saat itu. Pada 1920-an, surat kabar dan majalah mendapatkan pesaing baru dalam pemberitaan, dengan maraknya radio berita. Namun demikian, media cetak tidak sampai kehilangan pembacanya, karena berita yang disiarkan radio lebih singkat dan sifatnya sekilas. Baru pada 1950-an perhatian masyarakat sedikit teralihkan dengan munculnya televise
Pada abad ke 17 John Milten sebagai pelopor perjuangan pers diikuti dengan John Erskine pada abad 18 dengan karyanya yg berjudul “The Rights of Man”. Pada abad ke 18 itulah beralihnya system pers otoriter (authoritarian press) ke system pers liberal (libertarian press). Ada dua perjuangan utama pada abad ke 18 untuk membina prinsip-prinsip liberal yang dipengaruhi oleh pres :
  1. Perjuangan yang berkaitan dengan fitnah yang bersifat menghasut.
  2. Perjuangan yang bersangkutan dengan hak pres untuk menyiarkan kebijakan yang dilakukan pemerintah.
Pemerintah inggris pada waktu itu gencar melakukan pengawasan terhadap kritik yang dilakukan secara terbuka kepadanya dengan jalan penuntutan-penuntutan terhadap fitnah menghasut. Para hakim yang diangkat oleh kerajaan menaruh simpati kepada upaya pemerintah dalam mengendalikan pres sehingga tidak mengganggu khalayak. Tetapi pada akhirnya prinsip liberal ini mencapai kemenangan dengan diterbitkannya kebenaran bahwa di Inggris dibela oleh Parliamentary Act. Dengan demikian pres lebih leluasa dalam menyiarkan beritanya.
Media yang digunakan jurmalistik
Salah satu media yang digunakan di abad 17 yakni mesin ketik. Penemuan mesin ketik diawali pada tahun 1714, saat Henry Mill memperoleh hak paten karena menciptakan sebuah mesin yang menyerupai mesin ketik. Di samping itu muncul pula penemuan kertas karbon oleh Pellegrino Turri yang merupakan salah satu cikal bakal dari komponen mesin ketik. Pada tahun 1829, William Justin Burt menciptakan sebuah mesin yang disebut “typowriter”, yang dikenal sebagai mesin ketik pertama. Walaupun demikian, mesin ini bekerja lebih lama daripada menulis dengan menggunakan tangan, sehingga Burt tidak dapat menemukan seorang pembeli atau pihak perusahaan yang mau membeli hak paten tersebut. Hal ini menyebabkan mesin itu tidak dapat diproduksi untuk komersil. Mesin ketik ini digunakan dengan cara putaran, bukan tombol-tombol untuk memilih karakter, sehingga disebut “index typewriter”, bukan “keyboard typewriter”.
Pada pertengahan tahun 1800, secara global dapat dilihat adanya peningkatan komunikasi bisnis. Kejadian ini menciptakan kebutuhan akan proses penulisan secara mekanik, sehingga proses menulis menjadi lebih cepat. Pada tahun 1829 sampai 1870, penemuan mesin ketik banyak bermunculan di negara-negara Eropa dan Amerika, namun tidak ada yang berhasil membuat mesin ketik menjadi sebuah produk yang dihasilkan secara komersil. Kemudian pada tahun 1855, Giuseppe Ravizza, seorang berkebangsaan Itali, menciptakan sebuah prototipe mesin ketik. Pada akhirnya, pada tahun 1861, Father Francisco João de Azevedo, seorang pendeta Brazil, menciptakan mesin ketik buatannya sendiri. Penemuan ini menimbulkan klaim bahwa ia adalah seorang penemu sejati mesin ketik. Klaim ini kemudian menimbulkan kontroversi. Di antara tahun 1864 sampai 1867, Peter Mitterhofer, seorang tukang kayu berkebangsaan Austria, berhasil mengembangkan beberapa model mesin ketik dan prototipe ini dapat berfungsi secara penuh pada tahun 1867.
Pada tahun 1865, Rev. Rasmus Malling-Hansen menciptakan "Hansen Writing Ball", yang kemudian menjadi mesin ketik pertama yang dijual secara komersil pada tahun 1870. Berdasarkan penjelasan pada buku “Who is The Inventor of The Writing Ball” pada tahun 1865, papan ketik yang digunakan dalam mesin ketik ini terbuat dari keramik. Dalam proses penetapan standar papan ketik tersebut terjadi beberapa tahap eksperimen dalam penempatan tombol-tombol huruf yang berbeda. Eksperimen terhadap penempatan tombol-tombol ini bertujuan untuk mencapai kecepatan menulis yang paling tinggi. Hal ini menyebabkan Hansen Witing Ball merupakan mesin ketik pertama yang dapat memproduksi teks lebih cepat daripada menulis dengan tangan secara manual. Eksperimen terhadap mesin ketik yang ciciptakan oleh Malling-Hansen ini tetap mengalami perkembangan sejak tahun 1870 sampai sekitar tahun 1880.
Mesin ketik pertama kali yang sukses secara komersil diciptakan oleh C. Latham Sholes, Carlos Glidden dan Samuel W. Soule pada tahun 1867. Penemuan ini kemudian memperoleh hak paten dan dibeli oleh E. Remington and Sons, sebuah perusahaan manufaktur. Walaupun demikian, mesin ini pada awalnya masih memiliki beberapa kekurangan antara lain juru tulis tidak dapat melihat hasil ketikan secara langsung dan adanya kesulitan akan penempatan tuts yang digunakan untuk kembali pada posisi semula. Hal ini kemudian dapat diatasi dengan munculnya “visible typewriters” seperti mesin ketik Oliver pada tahun 1895.
Mesin ketik manual (manual typewriter) – Jenis mesin ketik ini sering disebut dengan mesin ketik tangan, karena digerakkan oleh tangan manusia yang meliputi memencet tombol, menggeser gindaran, dan sebagainya. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
ü  Komponennya bersifat mekanis atau hanya bergerak bila dioperasikan.
ü  Digerakkan dengan tenaga tangan manusia.
ü  Gandaran dapat digeser ke kanan dan ke kiri.
ü  Letak pita dapat diatur ke atas, tengah, dan bawah.
ü  Rol pita (spool) dapat menggulung pita ke kanan dan ke kiri.
ü  Ukuran huruf pica dan elite.
ü  Untuk mengganti baris digunakan kait.
ü  Mencetak dengan batang huruf (type block).
ü  Panjang gandaran maksimum 27 inci.
ü  Ukuran
Standar
ü  Panjang gandaran antara 13 sampai 27 inci.
ü  Dapat digunakan untuk mengetik kertas yang berukuran double folio penuh atau A2 dan A3.
ü  Papan tuts lengkap dengan sistem tabulator penuh.
ü  Nama lain mesin tik ukuran ini adalah mesin tik serbaguna (all purpose typewriter).
ü  Panjang gandaran 13 inci.
ü  Dapat digunakan untuk mengetik kertas ukuran 1½ folio atau A4.
ü  Tabulator sederhana, tapi ada juga yang meng­gunakan sistem tabulator tetap, misalnya 5 ketukan setiap tabulatornya.
Portabel
ü  Panjang gandaran hanya 10 inci.
ü  Mesin tik ini bentuknya kecil hingga memudah­kan dibawa ke mana-mana.
ü  Tidak memiliki sistem tabulator.
ü  Hanya mampu mengetik kertas berukuran folio.
Sekian dari pembahasan ini, mudah-mudahan bermanfaat. Dan tak lupa saya mohon maaf apabila terjadi kekurangan ataupun kesalahan yang terjadi pada pembahsan kali ini, untuk itu saya sangat terbuka atas kritik dan saran anda. Dan yang terakhir, saya sangat berterima kasih pada pihak-pihak ynag telah membantu untuk melengkapi pembahasan “Sejarang Perkembangan Jurnalisti Pada Abad-17”, pihak tersebut sebagaimana daftar referensi yang telah saya susun.  
Referansi :
http://arti-definisi-pengertian.info/perkembangan-jurnalistik-sejak-abad-18/


Suhandang, Kustadi. 2010. Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk dan Kode Etik. Bandung: Penerbit Nuansa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Berita Hard News, Soft News, dan Feature:Tugas Journalism UINSA

Unsur- unsur berita: Materi Pembelajaran Jurnalistik Pertemuan ke-5

kontoversi UINSA Terhadap Mahasiswi Bercadar:Tugas Kelompok- Journalism UINSA